Di perempatan
jalan, dekat sebuah tugu taman kota terlihat keramaian aktifitas malam disana,
dengan gemerlap lampu taman kota yang menyinari para penjual dagangan di dekat
trotoar jalan. Gemerlap kota sangatt terasa sekali disana. Di sudut lamunanku malam
ini, dengan rokok di tangan kananku dan dandanan anak jalanan yang aku gunakan.
Ku hirup rokok dimalam dingin ini, sungguh terasa nikmat, melupakan sejenak
permasalah yang aku hadapi pada sore hari tadi. Sore tadi aku bertengkar dengan
dengan kedua orangtuaku karena suatu permasalahan, pertengakaran ini membuat
aku kabur dari rumah dan hidup telantar di jalanan malam ini. Awal pertengkaran
itu terjadi karena aku memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan sekolahku,
karena aku sangat merasa bosan untuk melqnjutkan pendidikanku. Keputusanku ini
sangat ditentang oleh orang tuaku, apalagi ayahku dia sangat marah besar ketika
aku mengutarakan maksud diriku tersebut. Apalagi aku adalah anak satu-satunya
di keluargaku. Dengan keputusan tekad aku akan tetap untuk berhenti sekolah dan
aku melarikan diri dari rumah menuju kehidupan jalanan malam dikotaku.
Tak terasa sudah 3 batang rokok
kuhabiskan malam ini dan tak ada lagi rokok yang tersisa dibungkus roko yang
aku genggam. Kemudian kuberjalan menyusuri jalanan kota untuk mencari tempat
untuk bermalamku pada malam ini, kususuri gang demi gang dan tak ada kutemukan
tempat untuk bermalam, pada akhirnya aku menemukan sebuah ruangan yang kosong
disalah satu gedung tak terpakai disamping gedung perbelanjaan, aku memasuki
ruangan tersebut, suasana ruangan tersebut sedikit berdebu dan banyak kertas
karton di sudut ruangannya. Kuambil kertas karon tersebut untuk dijadikan tikar
untuk tidurku malam ini. Aku berbaring diatas kertas karton di ruangan berdebu
tersebut, dan tak memperdulikan bila ayahku mencariku di jalanan kota di malam
hari dingin ini. Fikiranku terhenti dan aku terlelap dengan pulas menahan
dinginnya malam ini.
Kuterbangun dari tidurku yang pulas
ketika aku mendengar suara ramai didepan gedung, keramaian pedagang yang
berjualan, terasa lapar perutku dan kubangkitkan tubuhku untuk mencari makanan
pada pagi hari ini, kumasukkan tanganku ke kantong celananku berharap ada
lembaran uang yang masih ada di kantong celanaku, aku menahan nafas ketika tak
ada satupun lembaran uang yang didalam kantung celanaku, perutku terasa lapar
sekali, bagaimana aku bisa aku makan pada hari sedangkan aku sendiri tidak
mempunyai uang untuk membelikan makan, bisikku didalam hati. Terbesit sebuah
ide didalam fikiranku, aku harus bekerja untuk mendapatkan uang agar aku bisa
makan pada hari ini. Kuberjalan menyusuri toko-toko untuk mencai sebuah
pekerjaan dan aku tawari tenagaku untuk bekerja apa saja disana, Kudapati
sebuah pekerjaan disalah satu tokoh distributor beras untuk mengangkut
kantung-kantung beras kepada pembeli, sungguh berat kantung beras itu, apalagi
ditambah aku tidak makan pagi tadi membuatku terasa sangat pusing sekali,
kupaksa tubuhku agar kuat, untuk mendapatkan uang pada hari ini agar aku bisa
makan.
Jam sudah menunjukkan untuk waktu
makan siang akan tetapi aku juga belum bisa makan karena tidak adanya uang yang
aku miliki, upah yang aku terima dari bekerja mengangku t beras bisa diterima
pada sore hari nanti. Kutahan rasa laparku yang sangat untuk bertahan hingga
sore nanti ketika upahku sudah dibayar. Sangat pusing sekali kepalaku, aku
beristirahat sebentar di kursi yang terbuat dari kayu yang terletak disamping
toko tempat aku bekerja, aku istirahatku sejenak untuk menyegrkan badanku dan
mendapatkan kembali tenaga. Setelah 10 menit beristirahat, aku kembali bekerja.
Berkarung-karung beras yang kuangkat dan kumasukkan kedalam mobil pembeli, tak
terasa hari siang telah berganti sore. Saat dimana aku menerima uang hasil
bekerjaku pada pada hari ini, pemilik toko memberikan uang lembaran 50.000
kepadaku, sangat bersyukur bisa mendapatkan uang agar aku bisa makan pada hari
ini, aku mengatakan kepada kepada pemilik toko, apakah besok hari aku bisa
kembali bekerja di toko miliknya, dan pemilik toko mengatakan dengan senang
hati bila aku bekerja di tokonya.
Malam ini terasa damai sekali,
kegembiraan yang kurasakan karena aku bisa mendapatkan uang dari hasil jerih
payahku agar aku bisa makan mengisi perutku yang kelaparan yang belum makan
semenjak pagi tadi. Kuberjalan diatas trotoar jalanan yang ditimpa lampu taman
kota yang menyinari, kumencari warung tegal yang murah didekat sana, agar aku
bisa berhemat supaya besok pagi aku dapat sarapan pagi dari sisa hasil
bekerjaku pada hari ini. Tidak beberapa lama berjalan, di dekat persimpanagan
jalan di bawah pohon akasia disamping gedung-gendung penjual pakaian, kumelihat
sebuah warung tegal. Dengan sigap aku hampiri warung tegal tersebut. Kumemesan
nasi dengan lauk ikan dan syur kangkung ditambah dengan teh manis hangat yang mengisi
perutku yan g lapar pada malam hari ini, kumakan dengan lahapnya. Uangku yang
tersisa masih cukup untuk sarapanku pada esok hari hari, dengan perut
kekenyangan keberjalan menuju gedung yang tidak terpakai tempat aku melindungi
diri dari dinginnya malam.
Sudah tiga hari aku bekerja di toko
tersebut, dengan keringat yang menetes setiap harinya demi selembar uang lima
puluh ribuan agar bisa membeli makanan di perjalanan pelarianku dari rumah,
termenung diriku sendiri pagi ini dengan keputusan yang telah aku buat, apakah
keputusanku telah bulat untuk berhenti mengikuti pendidikan di bangku sekolah,
bagaimana keadaanku di masa depan karena dampak dari keputusanku ini. Banyak
mereka yang putus sekolah lalu bekerja sebagai buruh angkut seperti pekerjaan
yang aku alami sekarang, untuk menyambung kehidupanku sendiri memang cukup dari
hasil bekerjaku sebagai buruh angkut, akan tetapi aku meyakini untuk membangun
rumah tangga pastilah tidak akan cukup, bisikku didalam hati. Lamunanku terhenti
karena suara anak bayi yang menangis di samping gedung tempat aku bermalam, aku
keluar dari gedung dan melihat apa yang terjadi, kudapati seorang anak kecil
yang menangis di pangkuan ibunya, kutak tau kenapa anak itu menangis dengan
kerasnya, mungkin saja itu hal yang wajar menurutku bila anak kecil menangis
dengan kerasnya, akan tetapi ada suatu keanehan yang aku rasakan, kulihat anak
itu begitu kurus bila dibandingkan anak seusianya. Kudekati perempuan yang
menggendong bayi itu, lalu kusapa dengan ramah d perempuan itu dan bertanya
perihal kenapa sebenarnya anak itu menangis. Jawaban dari perempuan itu sangat
membuatku terkejut, perempuan itu mengatakan bahwa ia dan sekeluarga sudah dua
hari tidak makan karena mereka tidak memiliki uang untuk membeli makanan, dan
ayah mereka sedang menjual sepeda yang mereka miliki sebagai harta satu-satunya
yang paling berharga demi dapat membeli makanan untuk anak mereka, aku
terhanyut terbawa perasaan karena mendengar cerita perempuan itu, kulangkahkan
kakiku menjauh dengan perasaan yang terasa sangat sedih yang kurasakan, kurogoh
saku celanaku dan ada selembar uang dua puluh ribuan yang kudapati didalamnya,
sebenarnya uang tersebut akan kugunakan untuk sarapan pagiku hari ini, karena
merasa kasihan dengan anak kecil yang digendong perempuan yang aku temui pagi
tadi, akhirnya aku merelakan uang dua puluh ribuanku untuk membeli makanan
untuk anak kecil tersebut. Kumencari rumah makan yang sudah buka pada pagi
hari, dan kudapati rumah makan Padang tidak jauh dari tempat aku berdiri.
0 komentar:
Posting Komentar